Pagi ini ada saudara yg
update status BBM, “Janganlah kau tuntut Tuhanmu karena tertundanya
keinginanmu, tetapi tuntutlah dirimu sendiri karena engkau telah menunda adabmu
kepada Allah”. Sebuah rangkaian kalimat indah bagi orang yang beriman. Selemah
apapun iman itu. Sebajingan apapun. Selama masih percaya sama Tuhan, maka masih
bisa dikategorikan beriman.
Menuntut Tuhan? Merasa
kelahiran di dunia adalah kesalahan Tuhan. Tidak segera mencabut nyawa juga
ketidak perdulian Tuhan. Tidak terkabulnya keinginan yang terucap lewat doa
karena Tuhan cuek sama kita. Perbedaan ras, warna kulit, keadaan fisik, kisah
hidup, kebendaan juga karena ketidakadilan Tuhan. Masih bagus mengkambing
hitamkan takdir Tuhan, daripada menyalahkan orang tua, pemerintah atau
penguasa.
Menunda adab kepada
Allah? Jelas saya tidak tahu menahu bagaimana adab manusia kepada Allah.
Terlalu luas dan kadang debateble. Apakah tidak lebih indah ketika
disederhanakan saja? Manusia ya manusia. Tuhan ya Tuhan. Manusia sebagai hamba.
Tuhan sebagai Tuan. Yang Super Baik. Maha Tahu apa kebutuhan dan keinginan
setiap hambanya. Maha Tahu apa yang dibatin dan dilakukan hamba-Nya. Sungguh
sempurna.
Sebagai seorang hamba, ya
udah sewajarnya bila manut saja sama apapun kehendak Tuannya. Mau diuji jadi
kaya. Mau diuji jadi miskin. Mau diuji jadi hitam. Mau diuji jadi putih. Mau
diuji dengan kenyamanan. Mau dicuekin. Mau diperhatiin. Itu semua hanya
sementara. Di dunia saja. Tugas seorang hamba hanyalah manut. Sonder protes. Melupakan
otonomi atas diri sendiri. Berserah diri total pada Tuannya. Tidak meminta apa
yang berlawanan dengan yang sedang dialami.
Tak seharusnya kita
berdoa minta dimiskinkan saja ketika kita sedang kaya. Tak seharusnya kita
berdoa minta diperkaya dengan harta ketika kita sedang miskin. Tak seharusnya
kita minta ditenangkan hati ketika sedang galau. Tak seharusnya kita memohon
untuk diberi kemudahan dalam urusan, ketika urusan kita lagi ruwet dan gak
selesai-selesai. Ketika kita jatuh cintapun, jangan pernah minta didekatkan
pada yang kita cintai ketika kita jauh darinya.
Misalnya, kita sedang
jatuh cinta pada sebuah airsoft gun berlapis emas, ya jangan minta diberikan
airsoft gun berlapis emas itu. Ketika kita jatuh cinta pada sebuah mobil BMW
atau Bugatti, ya gak usah mencoba minta Tuhan diberikan BMW atau Bugatti.
Ketika jatuh cinta pada sebuah pedang katana damascus steel bertatah berlian,
ya jangan minta itu. Tuhan sudah pasti Maha Pengasih Maha Penyayang.
Maha Benar Tuhan ketika
memberi informasi bahwa akan mengabulkan semua doa. Belum tahu ya? Makanya,
update berita tentang Tuhan bro... jangan update berita tentang PK saja. Gak
baca koran sih..
Tuhan itu Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang. Kalau kita minta sesuatu, sedangkan sebenarnya level kita
gak match dengan apa yang kita minta, apa gak kasihan Tuhan? Tuhan pasti
bersedih. Tuhan itu Maha Baik. Pakai banget. Padahal Tuhan sudah berjanji mau
ngabulkan semua doa. Sedangkan menurut Tuhan, kita gak level buat nerimanya.
Mau dikasih gak pantas. Gak dikasih kok udah minta. Masih berharap lagi. Apa
itu gak namanya ngrepotin Tuhan? Membuat Tuhan sedih?
Kok gitu? Heri ireng ini
memang udah gila. Ya, memang sejak dulu logika saya terbolak-balik. Tidak
umumnya orang, kata temen saya. Biar saja.
Ya baiknya gak usah
berdoa yang sekiranya masih mungkin terkabulkan buat kita di dunia. Gak usah
merepotkan Tuhan. Gak usah membuat Tuhan sedih. Syukuri saja semuanya. Semua
yang sekarang menempel pada diri Anda. Tuhan Maha Tahu kok yang kita pikirkan,
kita butuhkan, kita inginkan. Dan percayalah, Tuhan tidak akan pernah
menyia-nyiakan hamba-Nya. Baik buruk itu hanya kelihatannya saja. Bisa jadi ini
hanya pelajaran dari Tuhan agar kita lebih dewasa.
Dan sekali lagi, jangan
pernah mengandalkan sebuah doa. Karena kita tidak layak berbisnis dengan Tuhan.
“Saya sudah berdoa Tuhan... maka kabulkanlah..”. Itu sama saja dengan berkata,
“Ini doaku Tuhan... mana janji-Mu.” Lha emang kita ini siapaaa??? Apakah begitu
adab seorang hamba kepada Tuannya? Lagian doa itu juga makhluk. Bukan Tuhan.
Gak bisa diandalkan.
Berdoa ya berdoa.
Kabarnya, doa itu wajib hukumnya. Ya diniati untuk formalitas kita pada Tuhan
saja. Diperintah doa ya doa. Tapi gak usah diharapkan terkabulnya. Apalagi
menuntut Tuhan. Lha ediaan opo? Loosss... hanya sekedar buat gugurin kewajiban
saja. Sekalian menunjukkan kefakiran kita di hadapan-Nya. Itu saja. Gak lebih
gak kurang. [heri ireng | cepu blora]