Menuntut Tuhan

 


04 menuntut Tuhan heri ireng cepu blora
Pagi ini ada saudara yg update status BBM, “Janganlah kau tuntut Tuhanmu karena tertundanya keinginanmu, tetapi tuntutlah dirimu sendiri karena engkau telah menunda adabmu kepada Allah”. Sebuah rangkaian kalimat indah bagi orang yang beriman. Selemah apapun iman itu. Sebajingan apapun. Selama masih percaya sama Tuhan, maka masih bisa dikategorikan beriman.
Menuntut Tuhan? Merasa kelahiran di dunia adalah kesalahan Tuhan. Tidak segera mencabut nyawa juga ketidak perdulian Tuhan. Tidak terkabulnya keinginan yang terucap lewat doa karena Tuhan cuek sama kita. Perbedaan ras, warna kulit, keadaan fisik, kisah hidup, kebendaan juga karena ketidakadilan Tuhan. Masih bagus mengkambing hitamkan takdir Tuhan, daripada menyalahkan orang tua, pemerintah atau penguasa.
Pertanyannya, memang ada orang seperti itu?
Menunda adab kepada Allah? Jelas saya tidak tahu menahu bagaimana adab manusia kepada Allah. Terlalu luas dan kadang debateble. Apakah tidak lebih indah ketika disederhanakan saja? Manusia ya manusia. Tuhan ya Tuhan. Manusia sebagai hamba. Tuhan sebagai Tuan. Yang Super Baik. Maha Tahu apa kebutuhan dan keinginan setiap hambanya. Maha Tahu apa yang dibatin dan dilakukan hamba-Nya. Sungguh sempurna.
Sebagai seorang hamba, ya udah sewajarnya bila manut saja sama apapun kehendak Tuannya. Mau diuji jadi kaya. Mau diuji jadi miskin. Mau diuji jadi hitam. Mau diuji jadi putih. Mau diuji dengan kenyamanan. Mau dicuekin. Mau diperhatiin. Itu semua hanya sementara. Di dunia saja. Tugas seorang hamba hanyalah manut. Sonder protes. Melupakan otonomi atas diri sendiri. Berserah diri total pada Tuannya. Tidak meminta apa yang berlawanan dengan yang sedang dialami.
Tak seharusnya kita berdoa minta dimiskinkan saja ketika kita sedang kaya. Tak seharusnya kita berdoa minta diperkaya dengan harta ketika kita sedang miskin. Tak seharusnya kita minta ditenangkan hati ketika sedang galau. Tak seharusnya kita memohon untuk diberi kemudahan dalam urusan, ketika urusan kita lagi ruwet dan gak selesai-selesai. Ketika kita jatuh cintapun, jangan pernah minta didekatkan pada yang kita cintai ketika kita jauh darinya.
Misalnya, kita sedang jatuh cinta pada sebuah airsoft gun berlapis emas, ya jangan minta diberikan airsoft gun berlapis emas itu. Ketika kita jatuh cinta pada sebuah mobil BMW atau Bugatti, ya gak usah mencoba minta Tuhan diberikan BMW atau Bugatti. Ketika jatuh cinta pada sebuah pedang katana damascus steel bertatah berlian, ya jangan minta itu. Tuhan sudah pasti Maha Pengasih Maha Penyayang.
Maha Benar Tuhan ketika memberi informasi bahwa akan mengabulkan semua doa. Belum tahu ya? Makanya, update berita tentang Tuhan bro... jangan update berita tentang PK saja. Gak baca koran sih..
Tuhan itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kalau kita minta sesuatu, sedangkan sebenarnya level kita gak match dengan apa yang kita minta, apa gak kasihan Tuhan? Tuhan pasti bersedih. Tuhan itu Maha Baik. Pakai banget. Padahal Tuhan sudah berjanji mau ngabulkan semua doa. Sedangkan menurut Tuhan, kita gak level buat nerimanya. Mau dikasih gak pantas. Gak dikasih kok udah minta. Masih berharap lagi. Apa itu gak namanya ngrepotin Tuhan? Membuat Tuhan sedih?
Kok gitu? Heri ireng ini memang udah gila. Ya, memang sejak dulu logika saya terbolak-balik. Tidak umumnya orang, kata temen saya. Biar saja.
Ya baiknya gak usah berdoa yang sekiranya masih mungkin terkabulkan buat kita di dunia. Gak usah merepotkan Tuhan. Gak usah membuat Tuhan sedih. Syukuri saja semuanya. Semua yang sekarang menempel pada diri Anda. Tuhan Maha Tahu kok yang kita pikirkan, kita butuhkan, kita inginkan. Dan percayalah, Tuhan tidak akan pernah menyia-nyiakan hamba-Nya. Baik buruk itu hanya kelihatannya saja. Bisa jadi ini hanya pelajaran dari Tuhan agar kita lebih dewasa.
Dan sekali lagi, jangan pernah mengandalkan sebuah doa. Karena kita tidak layak berbisnis dengan Tuhan. “Saya sudah berdoa Tuhan... maka kabulkanlah..”. Itu sama saja dengan berkata, “Ini doaku Tuhan... mana janji-Mu.” Lha emang kita ini siapaaa??? Apakah begitu adab seorang hamba kepada Tuannya? Lagian doa itu juga makhluk. Bukan Tuhan. Gak bisa diandalkan.
Berdoa ya berdoa. Kabarnya, doa itu wajib hukumnya. Ya diniati untuk formalitas kita pada Tuhan saja. Diperintah doa ya doa. Tapi gak usah diharapkan terkabulnya. Apalagi menuntut Tuhan. Lha ediaan opo? Loosss... hanya sekedar buat gugurin kewajiban saja. Sekalian menunjukkan kefakiran kita di hadapan-Nya. Itu saja. Gak lebih gak kurang. [heri ireng | cepu blora]
 
© 2012. DM-B- BT BS