Terhempas ku terjaga dari
lingkar mimpi pada titik sepi. Suaramu terngiang menembus khayalku yang juga
tentangmu. Dan kuakui tanpa kemunafikan. Kucinta kau. Bahwasannya keakuanku
bersumpah. Kucinta kau.
Bayangmu menghantui setiap
gerakku dan kemauanku. Dahagaku akanmu matikan emosi juga ambisiku. Dan kuakui
tanpa kemunafikan. Kucinta kau. Bahwasannya keakuanku bersumpah. Kucinta kau.
Tak tahu kenapa Iwan Fals
mengambil judul “Yang Tersendiri” pada lagu ini. Tak tahu pula apa motivasi
Iwan Fals ketika membuat serta menulis lirik lagu ini. Adakah makna
transendental ke Atas, ataukah hanya sewajarnya. Ataukah pemilihan judul ini
dimaksudkan sebagai aktualisasi sisi lain dari seorang Iwan Fals? Seorang
godfather – tetua – orang yang sangat diperhitungkan di kalangan dunia hitam.
Terkenal dengan kritik sosialnya, tiba-tiba menyanyikan lagu cinta yang
sebenarnya. Kita juga tidak tahu.
Seperti halnya dengan
lirik lagu “Penantian” punya Hj Sitoresmi Prabuningrat, lagu ini juga berawal
dari sebuah kesadaran. Keadaan tersadar dari sesuatu realita dunia yg
sebenarnya bagai mimpi. Memang keadaan sadar sebenarnya adalah ketika kita
konsentrasi pada diri sendiri. Terbawa suasana pada titik sepi. Jiwa ada pada
raga. Raga ada pada jiwa. Terkesan egosentris memang. Itulah kenyataannya.
Pada sebuah titik sepi,
terasa jernih semua. Damai. Bila ada ingatan tentang sesuatu, tentang nama,
tentang suara, akan mudah menembus alam khayal yg sejatinya adalah kesadaran.
Dengan sendirinya, hati terbawa pada sebuah pengakuan murni. Bahwa diri sangat
nyaman saat bersama. Menjadi positif semua. Ikhlas. Apapun. Apapun. Hingga
ke-aku-an (ruh) berani bersumpah. Diri menganggap itu cinta yang sebenarnya.
Bila sudah begitu, bayang
obyek pembuat nyaman itu seakan mengikuti setiap gerak setiap keinginan. Selalu
rindu. Tak terhindarkan. Hanya hati yang tahu. Kerinduan itu akan membunuh
emosi juga ambisi akan sesuatu yang lain. Dan akan semakin mengakui, tanpa
kemunafikan. Ku cinta kau. Cinta yang sebenarnya. Itulah sebenar-benarnya
cinta. Tak akan ada yang bisa mengungkiri. Meskipun dicoba melewatkan dengan
kisah-kisah lain. Bayang itu tetap akan ada. Mendominasi waktu-waktu tertentu.
Tanpa diketahui siapapun. Siapapun. [ heri ireng – cepu blora ]